Kamis, 11 Oktober 2012

Pelajaran dari Kutaib Shifat Azzaujah Assholihah karya as-Syaikh Abdul Rozzak bin Abdul Muhsin al 'Abbad al Badr II

** Bagian 8 
Lanjutan pembahasan hadits sebelumnya…
وَشَرُّ نِسَائِكُمُ المُتَبَرِّجَاتُ المُتَخَيِّلاَتُ وَهُنَّ المُنَافِقَاتُ ، لاَ …يَدْخُلْنَ الجَنَّةَ إلاَّ مِثْلَ الغُرَابِ الأعْصَمِ
“…Dan sejelek-jelek istri kalian adalah wanita yang suka bertabarruj (bersolek) dan sombong, mereka itu adalah wanita-wanita munafik, mereka tidak akan masuk surga kecuali seperti ghurob al-a’shom (sejenis burung gagak yang langka, pent).” [HR. al-Baihaqi 7/82 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 1849]
# DIANTARA SIFAT-SIFAT ISTRI YANG BURUK #
@ al-Mutabarrijaat (المُتَبَرِّجَاتُ)
dan seburuk-buruk istri kalian adalah yang suka bertabarruj”, yakni yang suka bersolek dengan perhiasannya dan keluar rumah dengan perhiasannya itu, keluar dengan menampakkan kemolekan dan kecantikannya, baunya yang wangi, perhiasan-perhiasannya yang sehingga dengan itu ia menjadi penolong bagi syaithon untuk merusak masyarakat.
Maka wanita yang suka bertabarruj dengan sifat seperti ini pada hakikatnya ia telah keluar untuk menjadi tentara iblis dan penolongnya dalam membuat kerusakan dan membukakan pintu kepada iblis dalam menyebarkan fitnah dan kekejian terhadap orang-orang yang beriman.
@ al-Mutakhoyyilaat (المُتَخَيِّلاَتُ)
Maknanya berasal dari kata “khuyala”, yaitu kesombongan. Ada keterkaitan antara tabarruj dan kesombongan. Seorang wanita yang suka berhias, berdandan, memakai wewangian dan tampil cantik tidaklah ia keluar ke jalan atau ke pasar dengan sifat yang tawadhu’kepada Alloh ta’ala, bahkan ia keluar dengan perasaan tinggi, angkuh, sombong dan merasa ujub terhadap dirinya, penampilannya dan tingkah lakunya?! Begitulah kelaziman antara kesombongan dengan tabarruj, sebagaimana ada juga keterkaitan antara kesantunan dengan rasa malu.
Seorang wanita yang santun memiliki rasa malu dan hatinya dipenuhi rasa malu, dibandingkan dengan wanita yang suka bertabarruj dimana ia telah melepaskan jilbab rasa malu dan mengenakan jilbab kesombongan, ujub dan keangkuhan yang akan mendatangkan bahaya bagi kehidupan rumah tangganya, bahkan seluruh kehidupannya.
Oleh karena itu wanita yang memiliki sifat demikian disebut seburuk-buruk wanita, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
وَشَرُّ نِسَائِكُمُ المُتَبَرِّجَاتُ المُتَخَيِّلاَتُ وَهُنَّ المُنَافِقَاتُ ، لاَ يَدْخُلْنَ الجَنَّةَ إلاَّ مِثْلَ الغُرَابِ الأعْصَمِ
“dan seburuk-buruk istri kalian adalah yang suka bertabarruj lagi sombong, mereka itulah wanita-wanita munafik. Mereka tidak akan masuk surga kecuali seperti ghurob al-a’shom.”
“Ghurob al-A’shom” adalah burung gagak yang di kedua sayap dan kakinya ada sedikit warna putih. Bagaimana engkau akan bisa melihat adanya ghurob al-a’shom di antara burung-burung gagak yang hitam legam? Ghurob al-a’shom ini termasuk yang paling langka, kebanyakan burung gagak itu seluruh tubuhnya berwarna hitam kelam. Maka pada sabda beliau shollallohu alaihi wa sallam: “Mereka tidak akan masuk surga kecuali seperti ghurob al-a’shom” terdapat ungkapan betapa sedikitnya di antara wanita-wanita seperti itu yang akan masuk ke dalam surga, karena sifat burung gagak yang seperti ini sangat jarang sekali.
Kemudian yang semisal hadits ini adalah sabda Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam:
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الِاسْتِغْفَارَ، فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ
“wahai kaum wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah istighfar, karena sesungguhnya aku melihat kebanyakan kalian adalah penghuni neraka.” [HR. al-Bukhori no. 304 & 1462 dari hadits Abu Said rodhiyallohu anhu, dan Muslim no. 79 dari hadits Ibnu Umar rodhiyallohu anhu]
Mengapa beliau melihat kebanyakan wanita itu penghuni neraka?

Jika engkau perhatikan sifat-sifat yang disebutkan dalam hadits, anggaplah sifat-sifat itu sebagai seburuk-buruk sifat penduduk neraka, karena engkau akan dapati banyak kaum wanita yang meremehkan dan tidak peduli akan hal tersebut, sampai seolah-olah ia menganggap tidak akan ada hari dimana ia akan berjumpa dengan Alloh dan dihisab atas perbuatan-perbuatannya, sedangkan hadits-hadits dan ilmu itu telah sampai kepadanya, akan tetapi yang ia turuti hanyalah syahwat dan keinginannya saja.
Banyak sekali hadits Nabi shollallohu alaihi wa sallam yang menyebutkan sifat-sifat tercela bagi kaum wanita, sebagaimana dalam hadits Ibnu Umar rodhiyallohu anhu, ia berkata:
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الوَاصِلَةَ وَالمُسْتَوْصِلَةَ، وَالوَاشِمَةَ وَالمُسْتَوْشِمَةَ
“Nabi shollallohu alaihi wa sallam melaknat wanita-wanita yang menyambung rambutnya dan minta disambung rambutnya, wanita yang bertato dan minta ditato.”[HR. al-Bukhori no. 5947 dan Muslim no. 2124]
Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma, ia berkata:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ، وَالمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rosululloh shollallohu alaihi wa allam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” [HR. al-Bukhori no. 5885]
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالمُتَرَجِّلاَتِ مِنَ النِّسَاءِ
“Nabi shollallohu alaihi wa sallam melaknat wanita yang bersifat kelaki-lakian (tomboy).” [HR. al-Bukhori no. 5886 dari hadits Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma]
Dari hadits-hadits ini dan yang selainnya dimana disebutkan laknat bagi kaum wanita yang memiliki sifat-sifat tertentu, engkau dapati banyak wanita yang tidak peduli walaupun ia mendengar laknat, peringatan dan dijauhkan dari rahmat Alloh…
Seolah-olah ia tidak merasa bahwa kelak ia akan berdiri di hadapan Alloh subhanahu wa ta’ala dan akan ditanya…
Seolah-olah tidak akan ada hari dimana ia dimasukkan ke dalam lubang lalu ditaburi tanah dan dikubur…, dimana warnanyapun akan berubah…, leher akan terpisah dari badannya…, dan matapun akan terlepas dari tempatnya, semua ini tidak ada dalam pikirannya…
Dan keinginannya hanyalah bersolek, menghiasi dan mempercantik diri walaupun perbuatan yang ia lakukan itu adalah maksiat kepada Alloh, menyelisihi perintah-Nya dan akan mendatangkan kemurkaan-Nya.
Demikianlah sifat-sifat yang tercela yang dijelaskan dalam sunnah agar para wanita sholihah itu mendapatkan peringatan dari sifat-sifat itu. Dan pengetahuan para wanita tentang hal ini adalah pengetahuan yang dimaksudkan untuk dijauhi, sebagaimana dalam sebuah sya’ir:
Aku mengetahui keburukan bukan supaya aku melakukan keburukan itu
,,,,, akan tetapi agar aku menjauhinya

Barangsiapa yang tidak mengetahui keburukan
,,,,, ia akan terjatuh ke dalamnya
***
Semoga Alloh ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk bisa menerapkan sifat-sifat istri yang sholihah dan menjauhkan kita dari sifat-sifat istri yang buruk…



** Bagian 9
#Sesungguhnya Suamimu itu Surgamu dan Nerakamu…
Dan di antara sifat istri sholihah adalah: Tidak mengurangi hak suami dan …bersungguh-sungguh dalam berkhidmat kepada suami.
Sebagaimana ditunjukkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh an-Nasai dalam as-Sunan al-Kubro dari Hushoin bin Mihron dari bibinya, bahwa ia mendatangi Nabi shollallohu alaihi wa sallam untuk suatu keperluan, setelah selesai urusannya Nabi bertanya kepadanya : “apakah engkau memiliki suami?” si bibi menjawab: “ya”, Nabi bertanya lagi: “bagaimana sikapmu engkau terhadapnya?”, si bibi menjawab: “Aku berusaha keras untuk taat kepadanya, kecuali pada perkara yang tidak aku mampui.” Beliaupun bersabda:
انْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإِنَّهُ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Lihatlah bagaimana engkau di sisinya, karena sesungguhnya suamimu itu surgamu dan nerakamu.” [HR. An-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubro no. 8913 dan Ahmad no. 19003. Dishohihkan oleh al-Albani dalam ash-Shohihah no. 2612]
Kapan suami bisa menjadi surga bagi istrinya dan kapan bisa jadi neraka?
Maka di sini wajib bagi para wanita untuk memperhatikan hakikat perkara yang besar ini. “Bagaimana engkau di sisinya?”, engkau punya kewajiban-kewajiban dan engkau adalah hamba Alloh, sedangkan di sana ada surga dan neraka. Alloh telah memerintahkan dan mewajibkan bagimu hak-hak suami ini, maka tegakkanlah dan kerjakanlah sebaik mungkin dan sesempurna mungkin dengan meniatkannya sebagai bentuk ketaatan kepada Alloh dan mencari ridho-Nya, tunaikanlah apa yang menjadi kewajibanmu dan mintalah kepada Alloh apa yang dijanjikan kepadamu: “karena sesungguhnya suamimu itu surgamu dan nerakamu.”
***
Dan yang perlu diperhatikan dalam hal ketaatan kepada seseorang, siapapun itu, haruslah tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Alloh, sehingga apabila bertentangan maka ketaatan kepada Alloh lah yang mesti didahulukan.
Dalam kasus ini ketaatan pada suami adalah taat dalam hal yang ma’ruf saja dan tidak boleh taat dalam berbuat kemaksiatan, sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam:
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Alloh.” [HR. Ahmad no. 1041]
Karena seorang suami bisa berbuat salah dan tugas seorang istri sholihah adalah mengingatkan dan memperbaiki kesalahan tersebut dengan cara yang terbaik.

** Bagian 10
# Dan diantara sifat istri sholihah: Tidak membebani suami dengan nafkah yang diluar kemampuannya. #
Hendaknya seorang istri itu tidak bermewah-mewah, berlebihan dan boros terhadap harta suaminya, bahkan hendaknya ia pertengahan dalam masalah nafkah.
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” [QS al-Furqon : 67]
Dan di antara yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah hadits dari Abu Sa’id atau Jabir bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam berkhutbah dan memanjangkannya, dalam khutbahnya beliau menyebutkan perkara dunia dan akhirat, dan beliau bercerita bahwa di antara penyebab awal hancurnya Bani Israil adalah adanya istri seorang yang fakir membebani suaminya dengan pakaian-pakaian atau perhiasan yang biasa dikenakan istri orang kaya, beliau lalu menyebutkan bahwa dahulu ada wanita Bani Israil yang pendek lalu dia memakai sepatu dari kayu dan memakai cincin dari emas yang tertutup, kemudian dipolesinya dengan minyak wangi misk, lalu ia berjalan di antara dua wanita yang tinggi atau gemuk, lalu diutuslah seorang laki-laki untuk mengikuti mereka, maka ia pun bisa mengenali dua wanita yang tinggi tersebut dan tidak mengenali wanita yang memakai sepatu dari kayu.”
[HR. Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid no. 487 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 591. Dan juga diriwayatkan Muslim no. 2252 dari Abu Sa’id sebatas kisah wanita pendek tersebut saja]
Jadi diantara penyebab awal hancurnya Bani Israil adalah seorang istri seorang fakir yang membebani suaminya dengan perhiasan-perhiasan yang biasa dipakai oleh istri orang kaya, kemudian lihatlah perbuatan wanita yang pendek ini yang telah berbuat boros, berlebihan, bermewah-mewahan dan manghambur-hamburkan harta serta menipu, ia tidak memiliki sifat qona’ah (jawa: nerimo, pent) atas apa-apa yang telah Alloh subhanahu wa ta’ala tetapkan baginya.
Dan wanita-wanita yang mengenakan sepatu/sandal berhak tinggi sungguh mirip dengan wanita tadi. Al-Lajnah ad-Daimah telah berfatwa tentang masalah ini:
“Memakai sepatu/sandal berhak tinggi tidak diperbolehkan, karena bisa menyebabkan seorang wanita terjatuh. Sedangkan seseorang diperintahkan dalam syariat untuk menjauhi bahaya sebagaimana keumuman firman Alloh :
وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
“Jangan engkau lempar dirimu ke dalam kebinasaan.” [QS al-Baqoroh : 195]
Dan firman Alloh:
وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ
“Jangan engkau bunuh dirimu.” [QS an-Nisa : 29]
Sepatu berhak tinggi bisa membuatnya tampak lebih tinggi yang sebenarnya, ini merupakan penipuan dan termasuk menunjukkan sebagian perhiasan yang dilarang untuk ditampakkan.
***
Dalam pergaulan sehari-hari, terkadang seseorang melihat tetangganya atau teman-temannya memiliki kelapangan rizki yang lebih berupa rumah yang mewah, mobil yg mewah, perabot yang indah, gadget-gadget terbaru, anak-anak yang lucu dan lain-lain yang terkadang hal itu membuatnya iri ingin memilikinya juga. Ketika hal itu terjadi, hendaknya ia ingat bahwa tujuan hidupnya di dunia bukanlah untuk bersenang-senang dengan harta, akan tetapi dunia ini hanyalah ujian Alloh untuk mengetahui siapa diantara hama-hambaNya yang bersyukur kepadaNya.
Bahkan jika hal itu terjadi, hendaknya ia untuk melihat bahwa disana masih ada orang-orang yang tidak lebih beruntung daripadanya dalam urusan rizki duaniawi, sebagaimana Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam memerintahkan:
إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي المَالِ وَالخَلْقِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ
“Jika salah seorang di antara kalian melihat orang lain diberi kelebihan dalam harta dan fisik, maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” [HR. al-Bukhori no. 6490 dan Muslim no. 2963]
Dan banyak hadits yang menjelaskan tentang keutamaan ridho atas rizki yang telah Alloh berikan kepada kita, diantaranya:
Dari Abdulloh bin ‘Amr bin al-‘Ash bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang Allah berikan kepadanya.”[HR. Muslim no. 1054]
وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
“Terimalah apa yang Alloh berikan padamu, niscaya engkau menjadi manusia yang paling kaya. (HR. at-Tirmidzi 2305 dan Ahmad 2/310. Dihasankan oleh Al-Albani dalam ash-Shohihah n0.930)
Semoga Alloh ta’ala memberikan kepada kita taufiq agar kita bisa memiliki sifat ridho atas segala yang telah Alloh berikan kepada kita dan memberikan balasan yang baik atas sikap ridho tersebut

** Bagian 11
#Diantara Sifat Istri Sholihah: Tidak Mengingkari Kebaikan Suaminya#
Dan diantara sifat istri sholihah: Tidak kufur terhadap orang-orang yang memberinya nikmat, yaitu tidak mengingkari nikmat-nikmat yang telah dimudahkan Alloh tabaroka wa ta’ala kepadanya melalui suaminya, sebagaimana dalam hadits:
لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak dikatakan seorang itu bersyukur kepada Alloh apabila ia tidak bersyukur kepada manusia.”
[HR. Ahmad no. 7939 dan Abu Dawud no. 4811 dari hadits Abu Huroiroh rodhiyallohu anhu dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 416]
Kemudian hadits lain yang menjelaskan masalah ini adalah yang diriwayatkan oleh al-Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod dari hadits Asma bintu Yazid al-Anshoriyyah, ia berkata: “Nabi shollallohu alaihi wa sallam pernah lewat di depanku ketika aku sedang bersama teman-teman sebayaku, lalu beliau mengucapkan salam kepada kami dan berkata:
«إِيَّاكُنَّ وَكُفْرَ الْمُنْعِمِينَ» ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا كُفْرُ الْمُنْعِمِينَ؟ قَالَ: ” لَعَلَّ إِحْدَاكُنَّ تَطُولُ أَيْمَتُهَا مِنْ أَبَوَيْهَا، ثُمَّ يَرْزُقُهَا اللَّهُ زَوْجًا، وَيَرْزُقُهَا مِنْهُ وَلَدًا، فَتَغْضَبُ الْغَضْبَةَ فَتَكْفُرُ فَتَقُولُ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ “
“berhati-hatilah kalian dari kufur terhadap pemberi nikmat”, aku bertanya: “wahai Rosululloh, apa itu kufur terhadap pemberi nikmat?”, beliau menjawab: “Mungkin ada salah seorang diantara kalian yang telah lama menyendiri (melajang) bersama orang tuanya kemudian Alloh memberinya rizki berupa seorang suami dan Alloh memberinya rizki berupa anak dari suaminya itu. Namun ketika ia marah kepada suaminya ia berbuat kufur dengan mengatakan: “Aku tidak pernah melihat satu kebaikanpun darimu.”
[HR.Bukhori dalam al-Adabul Mufrod no. 1048, dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 823].
Perkataan beliau: “telah lama menyendiri (melajang) bersama orang tuanya”, maksudnya adalah wanita tersebut telat nikah.
Dan diriwayatkan dalam as-Sunan al-Kubro karya an-Nasa’i dari Abdulloh bin Umar, ia berkata: Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لَا تَشْكَرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لَا تَسْتَغْنِي عَنْهُ
“Alloh tidak melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, padahal ia butuh kepada suaminya itu.”
[HR. an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubro no. 9135. Dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 289]
***
Yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi salah paham, bahwa kekufuran yang disebutkan dalam hadits ini bukanlah kekufuran yang mengeluarkan seseorang dari keislamannya (istilahnya “kufrun duuna kufrin”), akan tetapi ia termasuk dosa besar dan termasuk diantara penyebab banyaknya wanita dimasukkan ke dalam neraka. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ» قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: ” يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Neraka diperlihatkan kepadaku, ternyata mayoritas penghuninya adalah kaum wanita karena mereka berbuat kufur”, beliau ditanya: “apakah karena mereka kufur kepada Alloh?”, beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengingkari kebaikannya, seandainya engkau berbuat baik pada salah seorang dari mereka sepanjang masa kemudian ia melihat sesuatu yang tidak ia sukai darimu, ia akan mengatakan: “Aku sama sekali tidak pernah melihat satu kebaikanpun darimu.” [HR. al-Bukhori no. 29]

** Bagian 12
# Menunaikan Hak Suami dan Tidak Menyakitinya #
Dan diantara sifat istri sholihah : menghormati suaminya, mengetahui kedudukan dan haknya. Ada beberapa hadits yang menjelaskan masalah ini, diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir dari Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma, bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
لَا آمُرُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ وَلَوْ أَمَرْتُ أَحَدًا يَسْجُدُ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Aku tidaklah memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain. Seandainya aku perintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, akan kuperintahkan seorang wanita untuk sujud kepada suaminya.” [al-Mu’jam al-Kabir 11/356, dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 3490]
Juga diriwayatkan dalam al-Mu’jam al-Kabir karya ath-Thobroni dari Zaid bin Arqom, bahwa Mu’adz berkata: “Wahai Rosululloh, orang-orang ahlul kitab itu sujud kepada pendeta-pendeta mereka, mengapa kami tidak sujud kepadamu?”, beliau bersabda: “seandainya aku memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku akan memerintahkan wanita untuk sujud kepada suaminya. Dan seorang wanita itu belum menunaikan hak suaminya walaupun seandainya suaminya menginginkannya ketika ia sedang berada di dapur, maka berikanlah.” [al-Mu’jam al-Kabir 5/208, dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 3366]
Hak suami akan lebih besar lagi jika suaminya adalah seorang yang sholeh, bertakwa, yang menjaga ibadahnya dan ketaatannya kepada Alloh. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkan dari jalan Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu anhu, ia berkata: Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ : لاَ تُؤْذِيْهِ قَاتَلَكِ اللهُ! فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكَ دَخِيْلٌ يُوْشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia melainkan istrinya dari kalangan bidadari akan berkata: “Janganlah engkau menyakitinya. Semoga Allah memusuhimu. Dia (suami) hanyalah tamu di sisimu, hampir saja ia akan meninggalkanmu menuju kepada kami”. [HR. Tirmidzi no. 1174 dan Ibnu Majah no. 2014. Dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 173]
Para ulama mengatakan bahwa hadits ini merupakan peringatan yang sangat keras kepada para wanita yang menyakiti suaminya.
***
** Bagian 13
Dan diantara sifat istri sholihah : jika Alloh azza wa jalla memberinya kenikmatan dan kemuliaan berupa anak-anak, hendaknya ia bersikap adil diantara mereka. Sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam:
اعْدِلُوا بين أَوْلَادِكُمْ اعْدِلُوا بين أَبْنَائِكُمْ
“Bersikap adillah kepada anak-anakmu! bersikap adillah kepada anak-anakmu!” [HR. Abu Dawud no. 3544 dari hadits an-Nu'man bin Basyir rodhiyallohu anhu dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 173]
Hadits ini diriwayatkan dalam Sunan Abi Dawud, dan banyak hadits lainnya yang semakna dengan hadits ini.

** Bagian 14
Dan diantara sifat istri sholihah : hendaknya ia menetap di rumahnya, dan janganlah ia sering-sering keluar rumah, janganlah ia keluar rumah kecuali kalau ada keperluan saja, janganlah ia berhias dan menampakkan wajahnya (Syaikh Abdurrozzaq al-Badr termasuk ulama yang mewajibkan cadar, pent), hendaknya ia menundukkan pandangannya, menjaga kehormatannya.
Telah kami sebutkan sebelumnya beberapa dalil yang berkaitan dengan masalah ini, dan diantara hadits lain tentang masalah ini adalah yang diriwayatkan ath-Thobroni dalam al-Ausath dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya dari Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam, beliau bersabda:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ -أي: جعلها غرضا له- وَإِنَّهَا لَا تَكُونُ أَقْرَبَ إِلَى اللَّهِ مِنْهَا فِي قَعْرِ بَيْتِهَا
“Wanita adalah aurat, kalau dia keluar, maka setan akan menghiasinya (yakni menjadikannya sasaran). Dan sesungguhnya dia tidak lebih dekat kepada Allah kecuali di tengah rumahnya” [HR. ath-Thobroni dalam al-Ausath no. 2890 & 8096. Dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 2688]
***
Alloh ta’ala berfirman :
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan menetaplah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias sebagaimana orang-orang jahiliyah dahulu” [QS al-Ahzab: 33]
Akhowati fillah… rumah adalah tempat “kerja” seorang muslimah yang sebenarnya, tempatnya melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Alloh dan seorang istri… dimana suatu saat kelak ia akan ditanya tentang tugas dan kewajibannya itu… Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالأَمِيرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang apa yang di bawah kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak suaminya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya terhadap apa yang dipimpinnya.” [Muttafaqun ‘alaih]
Namun ingatlah… setan punya banyak cara untuk menggoda manusia, walaupun seorang muslimah telah mengamalkan ayat dan hadits di atas, ia tetap perlu waspada terhadap godaan-godaan setan yang lain, sebagaimana telah disebutkan oleh syaikh Abdurrozzaq dalam pendahuluan kitab ini dimana kaum muslimah pada zaman ini sangat mudah menerima ajakan-ajakan kepada keburukan walaupun ia berada di dalam rumahnya, melalui media televisi, internet, majalah dan lain sebagainya…
Maka hendaknya seorang wanita muslimah berhati-hati pula dengan media-media ini…
Hendaknya ia mampu memanfaatkan media yang ada untuk membawa kebaikan baginya dan agamanya…
Bukan lalai dan terpedaya dengan arus sehingga bisa merusak dirinya…
Pahamilah bahwa tujuan wanita berdiam diri di rumah itu adalah untuk lebih menjaga kehormatannya dan kemaluannya serta untuk lebih dekat dengan Alloh… menjauhi ikhtilat (bercampur baur) dengan lawan jenis… serta membuatnya lebih fokus dalam mendidik anak-anaknya dan mengerjakan tugasnya sebagai seorang istri…
Jangan sampai seorang wanita muslimah yang ingin mengamalkan ayat ini dan hadits-hadits lainnya, ketika ia berada di rumahnya tetapi ternyata lewat media internet (facebook misalnya) yang ada di rumahnya ia tidak menjaga pergaulannya dan kehormatannya dengan lawan jenisnya…
Sungguh ini telah merusak tujuannya menetap di rumah…

** Bagian 15 – Selesai
Dan diantara sifat istri sholihah : Tidak menyebarkan rahasia suaminya dan perkara-perkara yang khusus diantara suami-istri, walaupun seandainya terjadi perpisahan pada mereka berdua dan sudah tidak sejalan lagi, maka hendaknya mereka berdua bertakwa kepada Alloh jalla wa ‘ala dalam permasalahan ini.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dalam masalah ini dari Asma’ bintu Yazid: bahwa ia sedang di sisi Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam sementara para laki-laki dan perempuan sedang duduk-duduk, lalu beliau bersabda:
لَعَلَّ رَجُلاً يَقُوْلُ مَا يَفْعَلُ بِأَهْلِهِ وَلَعَلَّ امْرَأَةً تُخْبِرُ بِمَا فَعَلَتْ مَعَ زَوْجِهَا. فَأَرَمَّ الْقَوْمُ فَقُلْتُ: أَيْ، وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّهُنَّ
لَيَفْعَلْنَ وَإِنَّهُمْ ليَفْعَلُوْنَ. قَالَ: فَلاَ تَفْعَلُوا فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ شَيْطَانٍ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيْقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُوْنَ
“Mungkin ada seorang lelaki menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya dan mungkin ada seorang wanita menceritakan apa yang dilakukannya bersama suaminya.” Orang-orang yang hadir terdiam. Maka aku menjawab, “Iya demi Allah, wahai Rosululloh. Mereka para wanita melakukannya dan para lelaki pun melakukannya.” Rosululloh bersabda: “Jangan kalian lakukan itu, karena permisalannya seperti setan laki-laki bertemu setan perempuan di suatu jalan lalu ia menggaulinya sementara orang-orang menontonnya.” [HR Ahmad no. 27583. Dinilai hasan li ghoirihi oleh al-Albani rohimahulloh dalam al-Adabuz Zifaaf hal 143-144, wallohu a’lam]
Perkataan Asma’ bintu Yazid “Mereka para wanita melakukannya dan para lelaki pun melakukannya” penyebutannya dimulai dari wanita lebih dahulu karena hal ini lebih banyak dilakukan wanita, sedangkan laki-laki sangat sedikit yang melakukannya. Wanita itu biasanya membicarakan masalah yang khusus ini dengan teman-temannya, dan kebanyakan mereka tidak peduli untuk membicarakan rahasia suaminya dan urusan-urusannya yang khusus.
Kemudian sabda beliau: “karena permisalannya seperti setan laki-laki bertemu setan perempuan di suatu jalan lalu ia menggaulinya sementara orang-orang menontonnya”, yakni wanita dan laki-laki yang memiliki sifat suka menyebarkan rahasia-rahasia hubungan suami istri permisalannya adalah seperti setan laki-laki bertemu setan perempuan di suatu jalan lalu ia menggaulinya sementara orang-orang menontonnya.
***
Demikianlah sebagian sifat istri sholihah yang dibawakan oleh syaikh Abdurrozzaq al-Badr hafidzohulloh dalam kutaib “Shifat az-Zaujah ash-Sholihah” yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi shollallohu alaihi wa sallam.
Sebagaimana telah disebutkan di awal tentang kaidah yang mengitari seluruh kebaikan yaitu bersemangat dalam berusaha mencari ridho Alloh dan memohon pertolongan-Nya, maka setelah kita mempelajari sifat-sifat ini, kita berusaha mengamalkannya dan memohon kepada Alloh ta’ala agar dimudahkan untuk mengamalkannya dan istiqomah di jalan-Nya.
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ
“Bersemangatlah terhadap apa-apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Alloh” [HR. Muslim no. 2664]
Dan kita memohon kepada Alloh ta’ala dengan nama-namaNya yang terbaik dan sifat-sifatNya yang tinggi agar menunjuki kepada kita semua jalan yang lurus, dan menjadikan apa-apa yang telah kita pelajari sebagai hujjah yang akan membela kita dan bukan hujjah yang akan berbalik melawan kita kelak pada hari kiamat, dan memberikan keberkahan pada kita dalam perkataan, perbuatan, waktu dan pada suami kita, anak-anak kita serta harta kita. Dan semoga Alloh subhanahu wa ta’ala memberkati kehidupan kita seluruhnya…
***Selesai, alhamdulillah***

Sumber www.ummushofi.wordpress.com dengan sedikit editan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar