Kamis, 11 Oktober 2012

Pelajaran dari Kutaib Shifat Azzaujah Assholihah karya as-Syaikh Abdul Rozzak bin Abdul Muhsin al 'Abbad al Badr

Bismillah..

As-Syaikh Abdul Rozzak al Badr hafidzahullah adalah seorang ulama yang mengajar di Masjid Nabawi, beliau sudah beberapa kali datang ke Indonesia. Beliau merupakan putra dari seorang ulama ahli hadist yang masih ada dijaman ini yang bernama as-Syaikh Abdul Muhsin al'Abbad al-Badr hafidzahullah, dan kitab صفات الزوجة الصالحة  merupakan salah satu karya dari as-Syaikh Abdul Rozzak al Badr. Kitab tersebut bisa di download Disini
                                 

     *************************

# Ghozwul Fikri!! Perang Pemikiran Terhadap Kesucian & Kemuliaan Kaum Muslimah #

Saat ini kita hidup di zaman dimana kaum wanita kita diperangi dengan peperangan dahsyat yang belum pernah terjadi dalam masa-masa yang lalu, melalui majalah, media dan sarana-sarana lainnya yang bertujuan untuk menghancurkan kesucian wanita, kemuliaannya, kesempurnaannya, perhiasannya, keimanannya, akhlaknya dan keutamaannya.
Kaum wanita terdahulu tidak banyak menerima ajakan-ajakan yang rusak, kenakalan-kenakalan dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang, melainkan hanya melalui sarana-sarana yang sangat terbatas, berupa teman yang buruk atau yang semisalnya yang akan memberi pengaruh buruk kepadanya.
Sedangkan saat ini, pemikiran-pemikiran sampah, kejelekan dan kerusakan dari seluruh penjuru dunia bisa sampai kepada kaum wanita walaupun ia berada di dalam rumahnya tanpa perlu keluar rumah.
Pemikiran-pemikiran itu masuk ketika Ia duduk di dalam kamarnya di depan sebuah layar televisi, internet, atau dengan membaca majalah-majalah rendahan, sehingga masuklah semua kerusakan itu kedalam akalnya, pikirannya dan hatinya.
Sehingga ia sangat butuh untuk menutup semua jendela kejelekan, jalan-jalan keburukan dan pintu-pintu masuk kepada kerusakan, agar ia bisa menjadi seorang wanita yang sholihah, suci, dan taat kepada Alloh subhanahu wa ta’ala.
Dan ini merupakan tanggung jawab yang besar pula bagi siapa saja yang Alloh telah beri amanah dalam mengurus kaum muslimah, baik orang tuanya, walinya, ataupun suaminya. Dan ini adalah perkara yang besar yang sangat membutuhkan perhatian dan penjagaan.
Aku (Syaikh Abdurrozzaq) katakan: dalam permasalahan ini, begitu sedikitnya peringatan dan begitu jarangnya orang yang mengingatkan akan sifat-sifat keimanan, sifat-sifat yang utama dan sifat-sifat yang baik yang seharusnya seorang wanita muslimah berhias dengannya, bersamaan dengan itu nampak kelemahan pada kebanyakan wanita dan tersebar pada mereka sedikitnya rasa malu dan sedikitnya ilmu agama, serta nampak diantara mereka berbagai macam kekurangan dan kerusakan.
Selanjutnya, inilah penjelasan tentang sifat-sifat istri sholihah, aku memohon kepada Alloh al-Karim Robb arsy yang agung untuk mencatatnya sebagai kebaikan dan sebagai manfaat, dan menjadikannya sebagai kunci kebaikan dan penutup kejelekan. Dan menjadikannya sebagai petunjuk bagi hati, perbaikan bagi jiwa dan penghubung dengan Robb semesta alam, untuk mendapatkan ridho-Nya dan menggapai kecintaan-Nya subhanahu wa ta’ala, dan menjauhkan dari apa-apa yang membuat-Nya jalla wa ‘ala murka dan marah.

** Bagian 1
Rosululloh shollallhu alaihi wa sallam bersabda:
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ
“Bersemangatlah terhadap apa-apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Alloh” [HR. Muslim no. 2664]
Bersemangatlah terhadap apa-apa yang bermanfaat bagimu” : bersungguh-sungguh mencari sebab-sebab yang bermanfaat dan wasilah-wasilah yang berguna yang dengannnya dapat tercapai kebaikan dan mewujudkan dengannya hidayah.
dan mintalah pertolongan kepada Alloh” : jadilah orang bersandar kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya, yang mencari pertolongan-Nya, yang berharap dari-Ny agar Alloh memberimu taufiq, meluruskanmu, dan mengukuhkanmu, dan memberikan pertolongan untukmu dalam kebaikan dan istiqomah.
Ini adalah kaidah yang besar yang mengitari seluruh kebaikan.

** Bagian 2
Sifat Istri yang Sholihah yang pertama : taat kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada.

Hal ini sebagaimana yang datang dari surat an-Nisa’ dalam menyebutkan sifat-sifat istri sholihah :
Alloh tabaroka wa ta’ala berfirman:
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّه
…“Oleh sebab itu wanita-wanita yang sholihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”[an-Nisaa’: 34]
Potongan ayat ini mengandung banyak faidah tentang sifat-sifat istri yang sholihah, faidahnya mencakup seluruh sifat dan keutamaan yang mulia bagi wanita sholihah.
Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa wanita sholihah adalah yang memiliki 2 sifat berikut ini:

Sifat yang pertama: berkaitan dengan hubungannya dengan Alloh
Sifat yang kedua: berkaitan dengan hubungannya dengan suaminya
Hubungan wanita sholihah dengan Alloh disebutkan dalam ayat tadi “al-Qonitaat”. Dan al-Qunut disini maknanya adalah terus-menerus dalam berbuat taat kepada Alloh, menjaga ibadah kepada Alloh, berpegang teguh dengan ketaatan itu, melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam Islam, dan tidak meremehkan serta menyia-nyiakannya. Kesemuanya itu telah tercakup dalam firman Alloh ta’ala : “al-Qonitaat”.
Adapun hubungan wanita sholihah dengan suaminya disebutkan dalam ayat tersebut: “Haafidzotun lil ghoibi bimaa hafidzolloh”. Yakni menjaga hak-hak suaminya ketika suaminya sedang tidak ada, demikian pula ketika suaminya ada. Menjaga haknya dalam urusan harta, urusan ranjang, serta menjaga hak dan kewajiban-kewajiban suami.
Dan penjagaan ini sesungguhnya hanya bisa terjadi dengan adanya taufiq, kemudahan, pertolongan dan petunjuk dari Alloh subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu Alloh berfirman : “bimaa hafidholloh”. Yakni bahwasanya penjagaan tersebut terjadi bukan karena kecerdasan seorang wanita, kepintarannya ataupun semata-mata karena usahanya sendiri, akan tetapi hal ini bisa terjadi disebabkan adanya taufiq , petunjuk dan kemudahan dari Alloh subhanahu wa ta’ala.



** Bagian 3
# Wahai Muslimah, Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka!!

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dari hadits Abdurrohman bin Auf rodhiyallohu anhu bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْ…رَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita itu selalu menjaga sholat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat pada suaminya, maka kelak akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” [HR. Ahmad no. 1661, Ibnu Hibban no. 4163. Dinilai hasan li ghorihi oleh al-Albani dalam Shohih at-Targhib no. 1931]
Hadits ini adalah suatu kabar gembira bagi para muslimah, yaitu Alloh subhanahu wa ta’ala telah menjanjikan kepadanya suatu keutamaan yang tinggi. Dengan empat amalan yang bisa dihitung hanya dengan sebelah tangan saja tidak perlu dua, jika ia menjaganya maka akan dikatakan kepadanya pada hari kiamat:
“Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka”
Bukankah sudah seharusnya bagi wanita muslimah yang senantiasa menasehati dirinya untuk memperhatikan sifat-sifat ini dan tekun dalam melaksanakan amalan-amalan ini? Penjagaannya terhadap sholatnya, penjagaannya terhadap puasanya, dan penjagaannya terhadap kemaluannya, serta penjagaannya terhadap hak-hak suaminya, agar ia mendapatkan janji yang baik lagi sempurna ini, sehingga akan dikatakan kepadanya pada hari kiamat : “Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka”.
Sesungguhnya dasar kebaikan dari seorang wanita adalah hubungan baiknya dengan Robbnya, dengan baiknya ketaatannya kepada-Nya, baiknya pendekatannya pada-Nya, dan ketekunannya dalam beribadah kepada-Nya. Maka sesungguhnya kebaikan dan keistiqomahan ini adalah jalan kebahagiaannya, jalan kemenangannya, dan jalan kesuksesannya dalam seluruh kehidupannya, diantaranya dalam kehidupan rumah tangganya, kebaikan anak-anaknya, dan keturunannya, sehingga kehidupannya penuh keberkahan dan kebahagiaan.
Oleh karena itu sangat ditekankan bagi wanita yang menghendaki kebaikan pada dirinya, dan sangat ditekankan pada para orang tua yang mencintai kebaikan bagi anak-anaknya untuk mendidik mereka di atas kebaikan, keistiqomahan, dan penjagaan terhadap ibadah, penjagaan terhadap kewajiban-kewajiban islam seperti sholat lima waktu, puasa romadhon, dan menjauhi segala apa yang berdampak buruk bagi kehormatan dan kemuliaannya.

** Bagian 4
Nasehat Syaikh kali ini lebih ditujukan kepada para wanita muslimah yang akan menikah dan para orang tua yang akan menyelenggarakan pernikahan putra-putrinya…
# Nasehat Syaikh Abdurrozzaq al-Badr Dalam Menyelenggarakan Pernikahan #
Kemudian jika Alloh menganugerahkan kepada seorang… wanita muslimah berupa calon suami yang sekufu lagi cocok dengannya, hendaklah ia bertaqwa kepada Alloh sejak awal pernikahannya.
Dan kita perlu memperhatikan sebuah kesalahan yang banyak terjadi, yaitu: berlebihan dan bermewah-mewah dalam pengadakan acara pernikahan dan dalam biaya pernikahan.
Banyak wanita ketika mendekati watu pernikahannya yang dipikirkannya adalah meniru-niru yang dilakukan kaum wanita lainnya, “si fulanah acara pernikahannya begini… pernikahannya si fulan begitu…”, ia ingin meniru-niru yang dilakukan orang-orang sehingga ia pun ikut-ikutan melakukan pemborosan dan menghambur-hamburkan harta, belum lagi adanya kemungkaran-kemungkaran dalam acara pernikahannya, sehingga awal pernikahan ini menjadi sebab kurangnya barokah dan sedikitnya kebaikan.
Dan sebaliknya jika seorang wanita dan keluarganya menjauhi sikap berlebih-lebihan, menjauhi kemaksiatan dan dosa, dengan biaya pernikahan yang tidak memberatkan dan tidak boros, maka hal ini akan mendatangkan kebaikan dan keberkahan.
Sebagaimana dalam sebuah hadits shohih dari Nabi shollallohu alaihi wa sallam:
خَيْرُ النِّكَاحِ أَيْسَرُهُ
“Sebaik-baik pernikahan adalah yang paling mudah.” [HR. Abu Dawud no. 2117, dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 1842]
Dan dalam hadits yang lain :
أَعْظَمُ النِّسَاءِ بَرَكَةً أَيْسَرُهُنَّ مَئُونَةً
“Wanita yang paling banyak barokahnya adalah yang paling ringan maharnya”. [HR. Ahmad dalam musnadnya no. 25120 dan an-Nasai dalam al-Kubro no. 9274 dari hadits Aisyah rodhiyallohu anha]
Jadi sebaik-baik wanita adalah yang paling mudahnya.
Oleh karena itu selayaknya bagi seorang wanita muslimah, beserta ayah dan ibunya untuk menjadikan cara pandang mereka dalam mengadakan pernikahan adalah yang mudah, tidak memberatkan, tawadhu’, tidak tinggi hati dan tidak sombong, lemah lembut dan sabar serta meniadakan berlebih-lebihan dan pemborosan. Ini adalah perkara yang akan berpengaruh dalam kehidupan rumah tangga seluruhnya.
Jika dalam pernikahan itu ada kemudahan dan jauh dari sikap berlebih-lebihan maka ini adalah diantara sebab tercapainya keberkahan dan kebaikan yang berkelanjutan.
Dan jika dimulai dengan berlebih-lebihan dan mubadzir, kemaksiatan dan dosa, maka ini termasuk diantara sebab terbesar dicabutnya keberkahan, wal ‘iyadzu billah, kita berlindung kepada Alloh dari hal tersebut…

***
Alloh ta’ala berfirman:
وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” [QS al-An’aam: 141]
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
“Sesungguhnya orang-orang suka berbuat mubadzir itu adalah saudara-saudaranya syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” [QS al-Isro’: 27]
Semoga Alloh ta’ala menjauhkan kita dari sikap berlebih-lebihan dan pemborosan… dan kita memohon kepada-Nya agar rumah tangga kita diberi keberkahan dan senantiasa diliputi kebaikan…

** Bagian 5 
# Sifat Istri Sholihah yang kedua : Waspada Terhadap Godaan Setan yang Terkutuk
Kemudian diantara sifat istri yang sholihah : Waspada terhadap setan yang terkutuk. Dan setan berperan penting dalam merusak kehidupan ini : merusak agama, akhlaq, mu’amalah, rumah tangga dan ukhuwah, dan merusak segala sesuatu yang baik. Setiap hari ia mengirim utusan dan tentara untuk menegakkan peranannya ini.
Marilah kita renungkan sebuah hadits yang terdapat dalam shohih muslim dari hadits Jabir bin Abdillah rodhiyallohu anhuma bahwasanya Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ، ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ، فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً، يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا، فَيَقُولُ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا، قَالَ ثُمَّ يَجِيءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ، قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ ” قَالَ الْأَعْمَشُ: أُرَاهُ قَالَ: «فَيَلْتَزِمُهُ»
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu dia menyebarkan bala tentaranya.Tentara yang paling dekat kepadanya adalah yang paling besar fitnahnya. Salah seorang dari mereka datang kepada Iblis seraya berkata: “Aku telah melakukan ini dan itu”, Iblis menjawab: ”Kamu tidak melakukan apa-apa”, Lalu datang lagi yang lain kepadanya seraya berkata: “Aku tidak berhenti menggoda seorang lelaki sehingga aku memisahkan antara dia dengan istrinya”, Maka Iblis mendekatkan tentara ini kepadanya dan berkata: “bagus kamu”, Al-A’masy berkata : “maka iblispun memeluknya”. [HR Muslim no. 2813]
Di sini istri yang sholihah perlu untuk memahami bab ini dan mewaspadai hakikat ini, begitu juga suaminya. Keduanya harus waspada bahwa di sana ada musuh yang tersembunyi yang melihatmu tapi engkau tidak melihatnya, mengalir dalam aliran darah dalam urat nadimu, ia meniupkan, membisikkan, menipu dan memperdaya. Semua itu dilakukannya sedangkan engkau tidak melihatnya, memberikan rasa was-was di hati suami dan hati istri, dan memunculkan keraguan-keraguan sampai akhirnya terjadilah permusuhan dan setan memiliki banyak cara untuk melakukannya.
Oleh karena itu as-Sunnah telah menjelaskan cara menjaga diri dari setan ketika masuk rumah, berhubungan suami istri, makan, marah dan dalam setiap perkara yang butuh adanya penjagaan dari setan, agar setan tidak menyertainya dalam keluarganya, rumahnya dan anak-anaknya, maka seseorang perlu menjaga dirinya dengan dzikir-dzikir yang mubarokah, dengan al-Qur’an al-Karim dan doa-doa yang diajarkan Nabi, serta dengan menjaga ketaatan dan ibadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala.
Oleh karena itu diantara sifat istri yang sholihah adalah berhati-hati dari tipu daya setan, godaannya, bisikan-bisikannya, dan apa-apa yang diperdengarkannya ke dalam jiwa dari apa-apa yang berakibat pada rusaknya hubungan suami istri dan menghancurkan kehidupan rumah tangga.
Dan betapa banyak rumah tangga yang berpisah dan tidak ada rujuk setelahnya dengan sebab menuruti keinginan setan dan mengikuti bisakan-bisikannya, jikalau keduanya berlindung kepada Alloh dari setan yang terkutuk dan menjauhi godaan-godaannya, serta bisikan-bisikannya maka masalah itu tidak akan terjadi sehingga tidak akan menghasilkan perceraian!
Dari sini kita harus memperhatikan sebuah peringatan yang bermanfaat: bahwa musuh yang tersembunyi ini yang dia dapat melihatmu sedangkan engkau tidak dapat melihatnya, ia memiliki banyak cara dan pengetahuan untuk merusak manusia.
Pengalaman iblis dalam merusak, menghalangi, memerangi manusia dan menimbulkan permusuhan lamanya mencapai ribuan tahun. Berapa banyak manusia mati dan dikubur dalam keadaan ia telah menjadi pengikut seruan setan dan merupakan hasil pengaruh kerusakan serta kesesatannya. Oleh karena itu rumah tangga muslim sangat membutuhkan penjagaan, membentenginya dan menjauhkannya dari setan yang terkutuk.

** Bagian 6
# Diantara Sifat Istri Sholihah : Membuat Senang Suaminya
Dan diantara sifat istri yang sholihah : Memberikan rasa senang kepada suaminya ketika suaminya memandang kepadanya, baik rupanya, penampilannya maupun bajunya, dan hendaklah ia membiasakan dirinya untuk taat kepadanya, dan memenuhi perintah-perintahnya tanpa rasa sombong, congkak dan tinggi hati. Perhatikanlah hadits nabi shollallohu alaihi wa sallam dalam sunnan an-Nasa’i dari hadits Abu Hurairoh rodhiyallohu anhu, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam ditanya: “bagaimanakah istri yang baik itu?” Beliau menjawab :
الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
“Yaitu istri yang menyenangkan suaminya ketika dipandang, mentaati suaminya ketika diperintah, dan tidak menyelisihi suaminya dengan sesuatu yang dibenci suaminya baik berkenaan dengan dirinya sendiri ataupun dengan hartanya.” [HR. an-Nasa'i dalam sunannya no. 3231 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 1838]
Ini adalah sifat istri sholihah dari segi penampilan, rupa dan bentuk, ia menjaga penampilannya dengan penjagaan yang lebih di depan suaminya dan di setiap kehadirannya. Demikian juga memperhatikan perintah-perintahnya, keinginannya dan kebutuhannya.
Dan sangat disayangkan sekali banyak wanita tidak berhias kecuali jika ia hendak keluar dari rumahnya untuk menghadiri suatu acara, kumpul-kumpul dan lain sebagainya. Sedangkan terhadap apa-apa yang berkaitan dengan hak suaminya ketika suaminya masuk rumah, maka ia menemuinya dengan baju yang usang, bau yang tidak sedap, rambut yang kusut, dan dengan sifat-sifat yang membuat suami berpaling darinya. Akan tetapi tiba-tiba tiap kali keluar dari rumahnya ia ingin berhias dengan memakai perhiasan yang tidak ditampakkannya kepada suaminya. Maka keinginan yang manakah yang masih memenuhi hati suami yang dihadapkan pada sifat wanita ini?! Dan cinta yang manakah yang masih terjaga di sisinya jika ia melakukan perbuatan ini kepada suaminya?
Ini adalah diantara tanda-tanda kebodohan wanita dan sedikitnya akalnya dalam mewujudkan kesempurnaan kehidupan rumah tangga dan kemuliaannya.
Bersandar terhadap apa yang terjadi, banyak wanita yang meninggalkan kepatuhan dan tidak memenuhi permintaan suami, jenuh, marah dan mengeluh kepada suaminya atau kepada orang lain sehingga membuat kehidupan rumah tangganya sengsara, susah dan jadilah hal itu sebagai penjara bagi dirinya.
Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda sebagaimana dalam shohih muslim dari hadits Jabir rodhiyallohu anhu :
إِذَا قَدِمَ أَحَدُكُمْ لَيْلاً فَلاَ يَأْتِيَنَّ أَهْلَهُ طُرُوْقًا حَتَّى تَسْتَحِدَّ الْمَغِيْبَةُ وَتَمْتَشِطَ الشَّعِثَةُ
“Jika salah seorang dari kalian datang di malam hari maka janganlah dia mendatangi istrinya dengan tiba-tiba”, yaitu jangan datang dengan tiba-tiba di malam hari, mengapa? Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda : “sampai wanita yang ditinggal pergi oleh suaminya berkesempatan untuk mencukur bulu kemaluannya dan menyisir rambutnya yang acak-acakan.” [HR. Muslim no. 715]
Dan di dalam hadits ini ada hal mulia yang harus diperhatikan oleh kaum wanita, yaitu bahwa selayaknya ia menemui suaminya dengan kondisi yang bersih dan penampilan yang baik serta persiapan yang baik apalagi jika suaminya datang dari perjalanan jauh atau safar, maka seorang istri perlu mempersiapkan hal ini sampai dalam mengatur rumah dan mempersiapkannya.
Sebagaimana hadits dari Ummul Mukminin Aisyah rodhiyallohu anha beliau berkata :
قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ سَفَرٍ، وَقَدْ سَتَرْتُ بِقِرَامٍ لِي عَلَى سَهْوَةٍ لِي فِيهَا تَمَاثِيلُ، فَلَمَّا رَآهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَتَكَهُ وَقَالَ: «أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ الَّذِينَ يُضَاهُونَ بِخَلْقِ اللَّهِ» قَالَتْ: فَجَعَلْنَاهُ وِسَادَةً أَوْ وِسَادَتَيْنِ
“Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam datang dari suatu perjalanan dan aku telah menutupi rak dengan sebuah kain tipis yang bergambar (makhluk bernyawa, pent). Ketika Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam melihatnya beliau merobeknya, dan beliau berkata : Orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat adalah orang-orang yang menandingi ciptaan Alloh.” Lalu Aisyah rodhiyallohu anha berkata : “lalu kain itu kami jadikan sebuah bantal atau dua buah bantal.” [HR. al-Bukhori no. 5954 dan Muslim no. 2107]
Mengapa Aisyah rodhiyallohu anhu meletakkan kain tipis ini – yaitu sebagai tirai? Karena ia ingin ketika Nabi shollallohu alaihi wa sallam masuk rumah, beliau mendapati di dalamnya sesuatu yang indah, baik pada rumahnya itu sendiri maupun pada diri istrinya.
Dari hadist ini dapat kita ambil sebuah faidah yaitu bahwa seharusnya bagi wanita untuk menata rumahnya dan mengaturnya serta mempersiapkannya dengan baik. Sebagaimana selayaknya baginya mempersiapkan diri dengan sempurna dan menyambut suaminya dengan baik. Ini semua adalah sifat-sifat bagi wanita dan istri yang sholihah yang datang dari sunnah Nabi shollallohu alaihi wa sallam.
Dan yang termasuk dalam hal ini juga adalah hadits yang terdapat dalam al-Mu’jam al-Ausath karya at-Thobroni, yaitu dalam hadits Anas bin Malik rodhiyallohu anhu, bahwasanya Rosulululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ فِي الْجَنَّةِ؟
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang wanita-wanita kalian di surga?”
yaitu istri yang akan menjadi penduduk surga disebabkan sifat-sifatnya yang mulia dan tabiatnya yang diberkahi, Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ وَدُودٍ وَلُودٍ إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيءَ إِلَيْهَا قَالَتْ: هَذِهِ يَدِي فِي يَدِكَ، لَا أَكْتَحِلُ بِغَمْضٍ حَتَّى تَرْضَى
“Yaitu setiap wanita yang penyayang lagi subur, jika ia marah atau suaminya marah kepadanya, ia berkata : “Ini tanganku kuletakkan di tanganmu, aku tidak akan memejamkan mata sebelum engkau ridho kepadaku” . [HR. ath-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Ausath no. 1743 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 3380]
Yaitu : aku tidak akan menutup mataku dan aku tidak akan tidur sampai engkau ridho kepadaku.
Dan sangat disayangkan, sebagian wanita tidak peduli suaminya tertidur sehari, dua hari, tiga hari, sepuluh hari ataupun sebulan dalam keadaan marah terhadapnya, seolah-olah hal tersebut tidak penting baginya! Seolah-olah ia tidak akan berjumpa dengan Alloh subhanahu wa ta’ala dan dihisab atas perkara ini dan perbuatannya ini.

** Bagian 7

# Diantara Sifat Istri Sholihah : al-Wadud al-Walud al-Muwasiyah al-Muwatiyah… apakah itu??
Dan diantara sifat wanita sholihah: sebagaimana disebutkan dalam hadits yang terdapat dalam Sunan al-Baihaqi dari Abu Udzainah ash-Shodafi, bahwa Rosululloh shollallohu alaihiwa sallam bersabda:
خَيْرُ نِسَائِكُمُ الوَدُودُ الوَلُودُ ، المُوَاسِيَةُ ، المُوَاتِيَةُ ، إذَا اتَّقَيْنَ اللهَ، وَشَرُّ نِسَائِكُمُ المُتَبَرِّجَاتُ المُتَخَيِّلاَتُ وَهُنَّ المُنَافِقَاتُ ، لاَ يَدْخُلْنَ الجَنَّةَ إلاَّ مِثْلَ الغُرَابِ الأعْصَمِ
“Sebaik-baik istri kalian adalah yang penyayang, subur (banyak anak), mendukung suami lagi penurut, bila mereka bertakwa kepada Allah. Dan sejelek-jelek istri kalian adalah wanita yang suka bertabarruj (bersolek) dan sombong, mereka itu adalah wanita-wanita munafik, mereka tidak akan masuk surga kecuali seperti ghurob al-a’shom (sejenis burung gagak yang langka, pent).” [HR. al-Baihaqi 7/82 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 1849]
>> LIHATLAH SIFAT-SIFAT ISTRI SHOLIHAH BERIKUT INI!
@ Al-Wadud (الوَدُودُ)
Ini merupakan sifat yang mulia dan tabiat yang terpuji pada seorang wanita dan istri yang sholihah. Al-Wadud adalah yang disifati dengan penyayang dan memperlihatkan rasa sayangnya itu, dan orang yang paling berhak untuk mendapatkannya adalah suaminya. Ia memperlihatkan rasa sayangnya kepada suaminya, mendampingi dan bergaul dengannya dengan bertutur-kata yang lembut dengan ucapan-ucapan yang manis, dan memperlihatkan rasa sayangnya dalam bermuamalah dengannya dalam penampilan dan tingkah lakunya.
Memperlihatkan rasa sayang itu bisa dengan ucapan, tingkah laku, penampilan, perbuatan dan akhlak.
@ Al-Walud (الوَلُودُ)
Yaitu banyak keturunan. Ini merupakan sifat yang baik pada seorang wanita yang baik. Jika seorang wanita diuji dengan suatu penyakit (mandul), maka perkara ini tidak memudhorotkannya karena hal ini tidak hanya terjadi pada dirinya saja, oleh karena itu janganlah ia menyalahkan Alloh karena penyakit ini dan hal seperti ini tidaklah menafikan kebaikannya.
Adapun kalau sebenarnya ia seorang wanita yang subur namun ia menolak punya anak atau ingin memutus keturunan maka ini bisa berbahaya baginya. Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
تزوجوا الودود الولود فاني مكاثر بكم الأمم
“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku pada hari kiamat.” [HR. Ahmad no. 12613 dari hadits Anas rodhiyallohu anhu dan dishohihkan al-Albani dalam al-Irwa’ no. 1784]
Maka seharusnya seorang wanita itu berusaha untuk memiliki anak-anak, melakukan sebab-sebab agar bisa punya anak, kemudian berusaha mendidik, menumbuhkan dan mengasuh mereka, serta meniatkan agar hal ini bisa menjadi sebab adanya anak-anak sholeh dan penyeru-penyeru kepada kebaikan di tengah-tengah masyarakat. Dan hendaknya ia meniatkannya sejak awal ia memasuki jenjang pernikahan, seolah-olah ia berkata antara dirinya dengan Alloh:
“semoga saja Alloh memuliakanku dengan anak-anak yang kelak menjadi bagian dari ummat yang mendapatkan petunjuk, ulama muslimin, atau termasuk dari penyeru kepada kebaikan”,
Sehingga dituliskanlah baginya pahala yang besar dikarenakan niat yang baik ini serta usaha dan kesungguhannya.
@ Al-Muwatiyah (المُوَاتِيَةُ)
Yaitu yang tidak kasar dan keras, bahkan ia penurut, mau mendengarkan, mentaatinya, memenuhi permintaannya dan tidak bersikap sombong dan merasa tinggi terhadap suami, serta tidak bersikap durhaka kepada suami.
@ Al-Muwasiyah (المُوَاسِيَةُ)
Yaitu yang suka membantu suaminya dan berdiri di sisinya, mendukung suaminya untuk berbuat kebaikan dan ketaatan kepada Alloh, dan mendukungnya dalam apa-apa yang bisa mendatangkan kebahagiaan dan kesuksesan.
@ Jika mereka bertakwa kepada Alloh
Yakni sifat-sifat tadi hanya bermanfaat bagi seorang wanita jika ia bertakwa kepada Alloh jalla wa ‘ala. Jadi seandainya ia adalah wanita yang penyayang, subur, penurut dan mendukung suaminya akan tetapi yang ia cari hanya sekedar urusan duniawi saja dan bukan karena ketakwaan kepada Alloh, maka sifat-sifat tersebut tidak ada faidah dan manfaat baginya. Jadi sifat-sifat ini hanya bermanfaat baginya jika ia niatkan untuk mendapatkan ridho Alloh jalla wa ‘ala dan untuk melaksanakan ketakwaan kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar