Diantara hal yang patut disebutkan disini ialah kisah pernikahan ayah dari Imam al-'azhim' Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah yang diberkahi. Ia adalah orang Turki dan hamba sahaya milik seorang pedagang Khawarizmi dari Hamdzan dari Bani Hanzhalah. Ia seorang yang bertakwa lagi shalih, banyak menghabiskan waktu untuk beribadah, suka berkhalwat (menyendiri dalam rangka beribadah) dan sangat wara'. Diantara kisahnya bahwa dia sedang bekerja dikebun tuannya, dan bermukim disana selama beberapa waktu lamanya. Kemudian tuannya, pemilik kebun ini, suatu hari datang kepadanya. Ia mengatakan kepadanya: " Aku ingin buah delima yang manis." Ia pun pergi ke sebuah pohon dan menghidangkan beberapa buah delima
kepadanya. Setelah membelahnya dan merasakannya asam, ia marah kepadanya seraya mengatakan: " Aku meminta yang manis, tapi kenapa engkau menghidangkan yang asam? Ambilkan yang manis." Ia pun pergi dan memetik dari pohon yang lain. Ketika tuannya membelahnya dan masih juga merasakannya asam, maka dia semakin marah kepadanya. Ia melakukan hal itu ketiga kalinya, lalu dia mencicipinya, dan masih juga merasakannya asam, maka dia bertanya kepadanya sesudah itu: " Apakah engkau tidak bisa membedakan antara yang manis dan yang asam?" Ia menjawab: "Tidak." Dia bertanya: " Mengapa demikian?" Ia menjawab: "Karena aku tidak pernah makan darinya sedikitpun sehingga aku (tidak) mengetahui. " Dia bertanya: " Mengapa engkau tidak memakannya?" Ia menjawab: " Karena engkau tidak mengizinkanku untuk memakannya." Mendengar hal ini, pemilik kebun ini heran. Dia mengorek kebenaran hal itu, ternyata dia benar, sehingga ia menjadi mulia dimatanya dan kemuliaannya bertambah disisinya. Dia mempunyai anak gadis yang sering dilamar orang lain; maka dia bertanya kepadanya: " Wahai Mubarak, menurutmu kepada siapa wanita ini dinikahkan?" Ia menjawab: " Kaum Jahiliyyah menikahkan karena kedudukan, kaum Yahudi menikahkan karena harta, Kaum Nasrani menikahkan karena ketampanan/kecantikan, dan umat ini menikahkan karena agama." Akalnya begitu mengagumkannya. Diapun pergi lalu mengabarkannya kepada istrinya dan mengatakan kepadanya: " Aku tidak melihat seorang (calon) suami yang lebih tepat untuk puteriku ini selain Mubarak." Akhirnya dia menikahkan puterinya dengan Mubarak sehingga lahirlah 'Abdullah bin al-Mubarak. Sempurnalah keberkahan ayahnya, dan Allah menumbuhkannya sebagai 'tumbuhan' yang baik.7
Ket :
7. 'Audatul Hijaab (II/358), dan menisbatkannya kepada kitab 'Uyuunul Akhbar, karya Ibnu Qutaibah (IV/17), Wafayaatul A'yaan, Ibnu Khalkan (II/237), Syadzdzaraatudz Dzahab, karya Ibnul 'Imad (I/296), Mir-aatul Janaan, karya al-Yafi'i (I/379).
Di ambil dari buku " Panduan Lengkap Nikah (dari A sampa Z )", Pustaka Ibnu Katsir.
“Sesungguhnya di belakang kalian ada hari-hari dimana orang yang sabar ketika itu seperti memegang bara api. Mereka yang mengamalkan sunnah pada hari itu akan mendapatkan pahala lima puluh kali dari kalian yang mengamalkan amalan tersebut. Para Shahabat bertanya: ‘Mendapatkan pahala lima puluh kali dari kita atau mereka?’ Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab: ‘Bahkan lima puluh kali pahala dari kalian’ “. (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim)
Jumat, 01 April 2011
Orang Tua Menawarkan Puterinya atau yang Di Bawah Perwaliannya Kepada Laki-laki Shalih bag 3 (habis)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar