Sepuluh tahun yang lalu, aku menikah dengan seorang pemuda perokok tanpa kuketahui bahwa ia merokok. Meskipun ia adalah orang yang berwawasan dan memiliki perilaku yang baik. Ia juga menjaga shalatnya, yang membuatku mencintainya. Hanya saja aku telah merasakan siksaan yang luar biasa akibat kebiasaan merokoknya. Baunya yang busuk menyebar ditubuh dan pakaiannya. Aku berusaha agar ia dapat meninggalkan kebiasaan buruk itu, dan ia selalu berjanji padaku. Namun ia selalu saja menunda dan menunda...
Kondisi ini terus berlanjut hingga aku semakin jengkel. Ia merokok dimana saja; di mobil dan di setiap tempat. Sampai aku berfikir untuk meminta cerai karena kebiasaan merokoknya.
Beberapa bulan kemudian, Allah mengaruniakan seorang anak untukku; suatu hal yang kemudian menghalangiku untuk meminta cerai. Anak kami menderita penyakit paru-paru. Dokter mengatakan bahwa penyebabnya adalah kebiasaan orang di sekitarnya, terutama ayahnya yang merokok disampingnya. Tapi suamiku tak kunjung berhenti dari kebiasaan merokoknya.
Pada suatu malam aku bangun dari tidurku karena suara batuk anakku yang begitu keras akibat paru-parunya. Aku bangun menangisi keadaannya dan juga keadaanku. Aku akhirnya bertekad untuk mengakhiri masalah ini apapun harga yang harus kubayar. Tapi sebuah suara dari dalam diriku tiba-tiba mengatakan: "Mengapa engkau tak kembali kepada Allah??"